03 Agustus 2010

Sentralisasi Belum Efektif

Bus transjakarta terjebak dalam antrean panjang kemacetan di Jalan Daan Mogot, tepatnya antara Kalideres dan Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (2/8). Kemacetan di jalur itu dipicu oleh penyempitan ruas jalan karena proyek perbaikan jalan serta banyaknya kendaraan di jalur tersebut.
Jakarta, Kompas - Sterilisasi jalur belum mendongkrak pelayanan bus transjakarta selama jumlah armada dan pasokan bahan bakar masih kurang. Sepanjang Senin (2/8), jarak kedatangan antarbus tetap di atas 10 menit, kepadatan di selter dan di dalam bus pun menyiksa calon penumpang.

Sterilisasi merupakan salah satu program percepatan pengurai kemacetan Jakarta hasil kerja sama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Kepolisian Daerah Metro Jaya. Rencananya, sterilisasi dilakukan Agustus hingga akhir tahun 2010. Namun, dari pengamatan Kompas di lapangan, sterilisasi tidak efektif karena sarana dan prasarana penunjang lain belum terpenuhi.

Sebagai contoh, ratusan calon penumpang yang berdesak-desakan menunggu datangnya bus transjakarta terlihat di selter Harmoni di Jakarta Pusat, di kawasan Mampang hingga Buncit di Jakarta Selatan, kawasan Kalideres di Daan Mogot, Jakarta Barat, dan Pulogadung di Jakarta Timur.
”Sudah menunggu hampir 15 menit, bus belum datang juga. Capek,” kata Cecil (25), yang mencegat bus transjakarta di Buncit.

Jarak kedatangan antarbus memang jadi masalah besar. Bus yang seharusnya tiba setiap 3-5 menit di setiap selter kenyataannya baru tiba antara 10-20 menit, bahkan lebih. Di dalamnya sudah penuh dengan penumpang sehingga terjadi penumpukan calon penumpang di selter.

Sementara di jalur bus transjakarta di Koridor III jurusan Kalideres-Harmoni, sterilisasi sulit dilakukan. Sepeda motor, mobil, dan angkutan umum tetap masuk ke jalur bus transjakarta.

Antrean terlihat baik di jalur reguler maupun di jalur bus transjakarta yang dipadati kendaraan. Kemacetan terjadi sejak sebelum pukul 07.00, terutama sepanjang Jalan Daan Mogot dari Terminal Kalideres hingga selter Rawa Buaya. Laju kendaraan, termasuk bus transjakarta, tak lebih dari 30 kilometer per jam.
Penerobosan juga terjadi di Koridor V Ancol-Kampung Melayu. Penerobosan paling banyak dilakukan di Jalan Jatinegara Barat dan Jalan Matraman.
Belum cukup
Berdasarkan analisis data dari Institute for Transportation and Development (ITDP) Indonesia, belum optimalnya layanan bus transjakarta memang tidak semata akibat jalurnya tidak steril. Namun, keterbatasan jumlah armada dan pasokan bahan bakar gas yang belum memadai membuat pelayanan bus tersendat.

Di sisi lain, Asisten Manajer Pusat Kendali Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta, Bano Yogaswara, mengakui, belum ada target resmi daya angkut penumpang transjakarta.

”Hasil survei terbaru tahun ini, 14-20 persen penumpang kami adalah mereka yang telah beralih dari kendaraan pribadi. Namun, BLU Transjakarta belum ditargetkan harus bisa melayani berapa persen dari total pengguna angkutan umum. Namun, dengan adanya sterilisasi, diharapkan makin banyak pengguna kendaraan pribadi beralih ke transjakarta,” kata Bano.

Kepala BLU Transjakarta Daryati Asrining Rini mengatakan, saat ini bus yang melayani Koridor I berjumlah 91 unit, Koridor III berjumlah 71 unit, Koridor V berjumlah 23 bus gandeng dan 15 bus tunggal yang melayani jalur PGC-Ancol, dan Koridor VI berjumlah 38 unit.

Namun, tambah Bano, jumlah bus yang tersedia tidak seluruhnya beroperasi. Di Koridor I, jumlah bus yang beroperasi 82 unit. Di Koridor III, ada 44 bus reguler yang beroperasi ditambah 30 bus ekspres yang melayani rute Pulogadung-Kalideres. Bus gandeng yang melayani Koridor V tercatat 20 saja yang beroperasi, ditambah 40 bus tunggal yang melayani jalur pendek. Koridor VI dilayani 35 bus.

”Satu bus berkapasitas maksimal 85 penumpang, sedangkan bus gandeng kapasitasnya 160 orang,” kata Rini.
Dalam 17 jam operasional per hari, satu bus maksimal melayani 10 kali perjalanan pergi-pulang. Namun, biasanya setiap bus hanya mampu menempuh delapan sampai sembilan perjalanan.

Apabila dalam sehari setiap bus bisa melayani sembilan kali pergi-pulang, atau 18 kali perjalanan dengan kapasitas maksimal 85 penumpang untuk bus tunggal dan 160 orang untuk bus gandeng, maka dalam sehari transjakarta Koridor I bisa mengangkut 125.460 orang. Koridor II sebanyak 113.220 orang. Koridor V bisa mengangkut 118.800 penumpang dan Koridor VI mengangkut 53.550 orang.

”Tetapi ada kendala lain. Dalam sehari, setiap bus harus mengisi bahan bakar dua kali. Idealnya, perjalanan bus ke SPBG sampai selesai pengisian gas memakan waktu satu jam. Namun, kadang pengisian bahan bakar butuh waktu sampai tiga jam,” papar Bano.
Lamanya waktu pengisian gas inilah yang menjadi salah satu faktor belum maksimalnya kinerja satu bus transjakarta.
Manajemen lalu lintas
Pengamat perkotaan Fransiscus Trisbiantara mengatakan, upaya sterilisasi jalur bus transjakarta tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan manajemen lalu lintas. Jika pemerintah melarang kendaraan masuk ke jalur bus transjakarta, maka pemerintah harus bisa membebaskan jalur umum dari segala gangguan.

”Kita lihat saja di Roxy dan Juanda. Di sana pengendara tidak boleh masuk ke jalur busway, tetapi di jalur umumnya jalannya rusak dan banyak kendaraan parkir yang mengambil badan jalan,” kata Trisbiantara.
Sterilisasi jalur khusus bus akan lebih efektif jika bersinergi dengan beberapa pihak terkait. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga melakukan program percepatan berupa pengadaan bus langsung dari pabrik.

”Pemerintah bisa memesan bus langsung dalam jumlah banyak sehingga lebih murah. Setelah itu bus-bus dibagikan ke operator dengan harga murah atau kredit ringan. Jika operator sudah mendapatkan bus harga murah, tentu pemerintah bisa menentukan biaya operasional per kilometer kepada operator,” kata Trisbiantara.

Upaya pemerintah ini juga harus didukung dinas-dinas terkait, seperti dinas UMKM dan satpol PP untuk menertibkan dan membina pedagang kaki lima. Dinas pekerjaan umum memperbaiki jalan. Dinas perhubungan menertibkan kendaraan-kendaraan yang parkir sembarangan dan polisi menilang pengendara pelanggar rambu.(ECA/FRO/ART/ARN/WIN/NEL)