10 Februari 2011

Di CIA, Orang Bersalah Malah Naik Jabatan

Pada Desember 2003, pasukan keamanan memasuki sebuah bus di Macedonia dan menangkap seorang warga Jerman bernama Khaled al-Masri. Hingga lima bulan kemudian nasib Masri tidak pernah diketahui. Hanya sekelompok perwira CIA, badan intelijen AS, yang mengetahui bahwa dia telah dibawa ke sebuah penjara rahasia di Afganistan untuk diinterogasi.

Namun, CIA keliru. Masri kemudian diketahui tidak bersalah. Seorang analis CIA telah mendorong badan intelijen AS itu melakukan kesalahan paling memalukan secara diplomatik dalam konteks perang melawan terorisme. Namun, analis itu tidak pernah dihukum walau ada rekomendasi. Apa yang terjadi? Analis itu malah mendapatkan promosi di CIA.

Kasus itu hanya salah satu contoh dari buruknya akuntabilitas di CIA. Bahkan, orang dalam sendiri mengatakan banyak hal yang tak terduga dan tak konsisten di CIA. Bertahun-tahun setelah serangan 11 September 2001, para perwira CIA yang melakukan kesalahan dan membuat orang tak bersalah dipenjarakan atau tewas hanya menerima peringatan ringan atau tak dihukum sama sekali. Hal ini diketahui lewat sebuah penyidikan oleh kantor berita Associated Press (AP).

Presiden AS Barack Obama telah berusaha menghentikan program interogasi CIA yang brutal. Namun, penyelidikan terhadap akuntabilitas CIA menemukan bahwa badan ini bekerja serampangan dalam sepuluh tahun terakhir. Ada banyak perwira yang melakukan kesalahan, yang didukung atasan mereka, tanpa hukuman. Analis yang melakukan kesalahan dalam kasus Masri kini memegang salah satu jabatan utama dalam Pusat Kontraterorisme CIA. Dia malah turut membantu upaya Obama untuk mengacaukan jaringan Al Qaeda.

Pilih kasih

Investigasi AP atas kinerja CIA memperlihatkan sebuah sistem disipliner tidak berjalan sebagaimana mestinya. Di dalam badan itu terjadi tindakan pilih kasih. Ketika orang harus mendapat hukuman, korbannya cenderung kalangan bawah. Para manajer senior yang juga terlibat dalam kesalahan operasi luput dari tindakan.

"Seseorang yang melakukan kesalahan besar seharusnya tidak lagi bisa bekerja di badan itu," kata mantan senator Kit Bond bulan November lalu saat mengakhiri masa jabatan sebagai pimpinan dari Partai Republik di Komisi Intelijen Senat AS. "Kita melihat banyak kasus di CIA yang menunjukkan buruknya akuntabilitas."

Dalam bukunya, Beyond Repair, perwira lama CIA, Charles Faddis, membandingkan CIA dengan lembaga militer AS, di mana para perwira bertanggung jawab atas kesalahan mereka dan kesalahan bawahan. ”Itu tidak terjadi di CIA,” tulis Faddis.

Direktur CIA Leon Panetta mungkin semakin keras dalam menerapkan disiplin. Selama dia menjabat, sekitar 100 karyawan CIA mendapat peninjauan disipliner, kata seorang pejabat intelijen AS. Dari sejumlah tindakan itu, belasan perwira senior dikenai sanksi dan banyak dari mereka yang dipecat atau mengundurkan diri.

Tahun lalu, Panetta menghukum 16 perwira dan mantan perwira yang terlibat dalam sebuah kecelakaan di Peru, yang kejadiannya hampir sepuluh tahun lalu. Sebuah pesawat sipil yang salah diidentifikasi sebagai sebuah pesawat narkoba telah ditembak jatuh. Tindakan ini menewaskan seorang warga AS dan putrinya.

Dalam sebuah kasus baru, Panetta tidak terlalu keras bertindak. Ada kesalahan CIA, yang menyebabkan seorang agen ganda Al Qaeda meledakkan dirinya di sebuah pangkalan CIA di Khost, Afganistan. Lima perwira dan dua kontraktor AS tewas.

Sebuah tinjauan menyimpulkan bahwa peringatan-peringatan telah diabaikan dan protokol keamanan tidak diikuti dalam kasus di Khost. Panetta setuju, tetapi tidak menghukum siapa pun. "Kesimpulannya, kesalahan tidak hanya pada seorang individu atau sekelompok individu," kata Panetta.

"Itu merupakan sebuah kegagalan kolektif sehingga tak seorang pun harus bertanggung jawab," kata Panetta. (AP/DI)