21 Oktober 2009

Antara Buku Baru dan Lama

KEMARIN, SBY-Boediono dilantik sebagai Presiden/Wakil Presiden. Peristiwa itu sekaligus menandai berakhirnya era SBY-Jusuf Kalla. Ada suasana haru dan ada suasana gembira. Lebih separo anggota Kabinet Indonesia Bersatu jilid I mengakhiri masa tugasnya dan banyak muka-muka baru yang akan mengisi halaman baru buku 2009-2014. Banyak pertanyaan dan analisa dari peristiwa pergantian buku itu.

Apakah pergantian seorang menteri hanya semata-mata untuk penyegaran atau sebuah koreksi kebijakan? Kalau hanya sebuah penyegaran, berarti kebijakan diteruskan. Hal ini menimbulkan pertanyaan, tidakkah kebijakan itu akan semakin mantap di tangan yang sama? Lantas mengapa diganti? Kalau pergantian itu bermakna koreksi, mungkin dapat dimengerti, meskipun hal inipun bisa menimbulkan pertanyaan, tidakkah hal itu (secara implisit), sebuah pengakuan kekeliruan atau bahkan kegagalan dimasa lalu? Pertanyaan lagi, bukankah masa lalu itu dikatakan sebagai sebuah keberhasilan, yang telah mengantar SBY terpilih kembali?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu, sesungguhnya tidak memerlukan jawaban. Sebab, pembentukan kabinet adalah hak prerogatif Presiden. Baik-buruknya kinerja Presiden adalah tanggung jawab Presiden. Kalau ternyata SBY terpilih kembali, hal itu berarti rakyat merasakan keberhasilannya di era 2004-2009 dan bukan keberhasilan Wakil Presiden, meskipun Wapres Jusuf Kalla mengklaim sebagai keberhasilannya. Demikian juga ditahun 2014 nanti, apapun kinerja Kabinet Indonesia Bersatu jilid II akan dinilai sebagai kinerja SBY. Dan karena SBY tidak dapat mencalonkan lagi sebagai Presiden, perannya akan digantikan Partai Demokrat. Kalau kinerja Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dinilai sebagai sebuah keberhasilan, sudah tentu Partai Demokrat akan memperoleh peluang kembali untuk memenangkan Pemilu 2014. Itulah logika demokrasi. Siapapun berhak memetik keberhasilannya, sebagai tanda apresiasi rakyat yang memilihnya. Apakah benar, dengan pergantian begitu banyak menteri yang telah menunjukkan kinerja yang baik selama 2004-2009, akan menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi ditahun 2009-2014? Inilah (tentunya) harapan kita semua. Sebab, kita semua (Indonesia) akan merugi, kalau esok lebih buruk dari hari ini. Logikanya, kita semua harus berusaha esok lebih baik.

Karena itu, adalah tugas kita semua untuk mewujudkan keberhasilan itu. Tidak hanya mendukung atau memuji, tetapi juga melakukan koreksi, bahkan kritik, seandainya Kabinet Indonesia Bersatu jilid II nanti ada tanda-tanda menyimpang dan bahkan menemui kegagalan. Peran seperti itu (alhamdulillah) masih bisa kuat, mengingat masih ada partai yang tidak bergabung dengan koalisi. Dan inipun (alhamdulillah) tidak dipermasalahkan oleh Presiden SBY dan juga kalangan Partai Demokrat. Mekanisme check and balance tidak akan terkubur dengan koalisi yang begitu besar di kabinet maupun di DPR. Apalagi, kalau kelompok independen, LSM, pers, dan masyarakat sipil lainnya juga masih konsern dengan masalah ini.
Rakyat akan menunggu, bahwa kondisi seperti itu akan menghasilkan kinerja bangsa yang lebih baik, sehingga wujud kesejahteraan sosial akan semakin didekati. Inilah sebuah pertaruhan, sekaligus harapan 2009-2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar