24 Agustus 2009

Aksi-aksi Spekulan Komoditas Diawasi Ketat


Seorang pialang bereaksi di lantai Bursa Saham New York (NYSE), New York, AS, Jumat (21/8). Berita pemulihan ekonomi AS, walau belum kembali ke keadaan normal secara utuh, membuat bursa bergairah dengan kenaikan indeks harga saham.


Para Bankir Optimistis
Aksi-aksi Spekulan Komoditas Diawasi Ketat

Senin, 24 Agustus 2009 | 04:09 WIB

JACKSON HOLE Jumat - Para pemimpin bank sentral dari sejumlah belahan dunia menyatakan optimistis bahwa krisis finansial terburuk sudah terlewati. Selain itu, pemulihan ekonomi global sudah mulai terjadi perlahan-lahan.

”Prospek perekonomian untuk kembali tumbuh dalam waktu dekat tampak semakin nyata,” ujar Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke. Dia optimistis soal perekonomian AS ataupun perekonomian global, sebagaimana dia utarakan di Jackson Hole, Jumat (21/8).

Namun, Bernanke tetap memberi peringatan bahwa pemulihan ekonomi akan berjalan dengan lambat, tingkat pengangguran tetap tinggi tahu depan. Pernyataan resmi terakhir dari Bank Sentral AS Fed adalah perekonomian telah stabil.

Ketika berbicara di hadapan pejabat bank sentral dan ekonom pada rapat tahunan Bank Sentral AS di Grand Tetons, Bernanke kembali mengatakan bahwa para pejabat Bank Sentral di Asia dan Eropa semakin lega karena perekonomian mulai membaik.

Walaupun mereka sedikit berpuas diri atas apa yang telah mereka raih sejak krisis finansial tahun lalu, para pejabat bank sentral ini mulai fokus dengan tugas besar lainnya. Tugas itu adalah bagaimana mereka melepas langkah darurat besar-besaran untuk melawan krisis.

Bank Sentral AS dan bank sentral di negara-negara lain harus menempuh berbagai langkah darurat selama masa krisis. Para ekonom dan beberapa pejabat bank sentral mengatakan akan ada peralihan ke kebijakan moneter yang lebih ketat dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Kebijakan ini biasanya dilakukan jika pertumbuhan ekonomi sudah mulai terjadi. Namun, kebijakan ini baru akan dimulai setidaknya pertengahan tahun 2010.

Di Jackson Hole, perasaan lega dan berhati-hati menyelimuti para bankir dan ekonom. Keadaan ini bertolak belakang dengan kekhawatiran yang mereka rasakan pada pertemuan satu tahun lalu di tempat yang sama.

”Karena itu, bisa dinyatakan bahwa masa terburuk krisis telah berlalu. Pertumbuhan global ternyata lebih cepat dibandingkan dengan perkiraan sembilan bulan lalu,” ujar Stanley Fischer, Gubernur Bank Sentral Israel, yang juga mantan pimpinan Dana Moneter Internasional (IMF).

Pada saat yang hampir bersamaan dengan pidato Bernanke, Asosiasi Nasional Agen Perumahan melaporkan bahwa penjualan rumah naik sebesar 7,2 persen pada Juli. Kenaikan itu merupakan kenaikan bulanan terbesar dalam satu dekade terakhir. Kenaikan itu juga lebih besar dibandingkan dengan perkiraan para analis.

Para investor telah bereaksi positif atas berita soal sektor perumahan dan pidato Bernanke itu. Hal ini tecermin dari kenaikan indeks Dow Jones, New York, dalam beberapa pekan terakhir. Walau harga saham masih jauh di bawah rekor tertingginya, indeks Dow Jones telah naik 45 persen dari Maret dan mencapai titik tertinggi tahun ini.

Harga saham perusahaan pengembang perumahan juga naik karena kenaikan penjualan rumah yang terjadi selama empat bulan berturut-turut. ”Pasar sedang membaik,” ujar Laszlo Birinyi Jr, Presiden Birinyi Associates.

Meski banyak pihak yang optimistis, Gubernur Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet tak sependapat bahwa perekonomian dunia telah kembali normal. ”Masih banyak yang harus dilakukan. Akan jadi bencana jika pemerintahan gagal memetik pelajaran dari krisis dan menegakkan aturan di sektor finansial,” ujarnya.

Ketatkan aturan

Para pejabat keuangan di Eropa sangat memberi perhatian terhadap aksi-aksi spekulasi, teknik-permainan brutal di sektor keuangan. Teknik-teknik permainan di bursa sudah dianggap terlalu liar.

Sehubungan dengan itu, produk-produk Exchange-Traded Funds (ETF) reksa dana yang diperdagangkan di bursa telah menjadi sasaran utama pengawas bursa di AS. ETF perlu diatur lebih ketat untuk mengurangi spekulasi pada pasar komoditas seperti minyak. Demikian dilaporkan harian AS The Wall Street Journal pekan lalu.

ETF berbasis komoditas diperkenalkan tahun 2003. Uang yang dikumpulkan dari para investor digunakan untuk dipertaruhkan satu arah, biasanya ketika harga komoditas naik. Para analis mengatakan, hal itu menyebabkan banyak pembelian artifisial yang semakin meningkatkan harga minyak, gas alam, dan emas.

Omzet ETF berbasis komoditas telah melonjak menjadi 59,3 miliar dollar AS pada Juli 2009. Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS mengatakan akan melindungi konsumen komoditas dari aksi-aksi spekulasi. (NYT/joe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar