25 Agustus 2009

Lebih Cepat Tetap Selamat

Produksi minyak Blok Cepu tertunda. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan.
Ketika Exxon dipilih sebagai mitra Pertamina di Blok Cepu, pertimbangan pemerintah sederhana. Perusahaan minyak raksasa ini diharapkan dapat berproduksi selekasnya. Maklum, pada 2006 itu kocek pemerintah sedang tersedot subsidi bahan bakar minyak yang harganya mulai meroket, sementara produksi minyak dalam negeri diperkirakan akan terus menurun. Maka Mobil Cepu, perusahaan patungan Exxon dan Pertamina, mulai bekerja pada 2007.

Semula target produksi 165 ribu barel per hari diharapkan mulai mengucur pada 2011. Namun, semakin menggilanya harga minyak dunia menyebabkan perusahaan ini diminta berproduksi lebih cepat lagi dengan upaya dan perangkat tambahan. Dengan investasi ekstra itu ditargetkan produksi 16 ribu barel per hari sudah diraih pada tahun anggaran 2009, saat pemilihan umum berlangsung. Potensi meraup sekitar US$ 150 juta untuk menambal anggaran belanja negara membuat pengadaan proyek antara ini diharapkan masih menguntungkan.

Harapan itu ternyata tak menjadi kenyataan. Rencana produksi terus molor akibat berbagai hadangan. Soal perizinan pemerintah daerah yang bermasalah, pembebasan tanah yang ribet, pengangkutan kapal yang tersendat krisis global, dan pabrik pemasok yang terkena badai di Amerika Serikat dituding sebagai penyebabnya. Kini Mobil Cepu menjanjikan jadwal baru. Mereka berencana akan berproduksi mulai akhir Agustus dengan jumlah awal yang jauh lebih kecil dari rencana. Dampaknya bagi penerimaan anggaran belanja negara tahun ini pun tak akan signifikan.

Pemerintah beruntung harga minyak menurun akibat krisis global pada akhir tahun lalu, sehingga keterlambatan proyek ini tak terlalu mengganggu anggaran. Namun mulai pulihnya perekonomian dunia telah menyebabkan harga emas hitam ini mulai merangkak naik lagi. Konsumsi bahan bakar minyak dalam negeri pun ikut terkerek. Sementara itu mayoritas sumur minyak yang ada telah berusia lanjut sehingga produksinya terus menurun. Celakanya, belum ditemukan ladang baru yang menjanjikan. Kalaupun ada beberapa temuan yang prospektif, hasilnya tak bisa langsung dinikmati. Diperlukan tiga sampai enam tahun lagi untuk membuatnya menjadi sumur produktif.

Mencuatnya ancaman krisis minyak nasional ini perlu diantisipasi pemerintah dengan trengginas. Upaya memastikan Mobil Cepu sudah berproduksi tinggi pada anggaran 2010 sepatutnya jadi prioritas. Untuk itu, pengkajian atas semua hal yang telah menyebabkan keterlambatan proyek harus dilakukan dengan saksama dan berbagai solusi disiapkan untuk memastikan hal ini tak terulang lagi. Pihak Exxon pun perlu dimintai pertanggungjawaban atas molornya proyek, termasuk turut menanggung kerugian yang diderita pemerintah atas keleletan proyek Mobil Cepu itu.

Sebagai instansi yang berwenang, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral serta Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (BP Migas) wajib memantau perkembangan proyek ini dengan lebih cermat. Doktrin biar lambat asal selamat perlu ditinggalkan jauh-jauh karena tak lagi cocok dengan tuntutan keadaan, bahkan membahayakan.

Sekarang memang sudah saatnya menerapkan kinerja yang ”lebih cepat tapi tetap selamat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar