22 Oktober 2009

KEAMANAN; Intelijen Penting untuk Hadapi "Perang"

Letnan Kolonel (Purn) Soebagio Wiriodharmoro (95) menerima penghargaan Bintang Gerilya dari Pangdam Jaya Mayjen Darpito Pudyastungkoro, Kamis (21/10) di Markas Kodam Jaya, Cawang, Jakarta Timur. Soebagio adalah ayahanda Darpito Pudyastungkoro. Dua pejuang lain yang mendapat Bintang Gerilya adalah Rodiah Soegono Ronosentiko (97) dan Sersan Kepala (Purn) Ismail Marzuki.


Kamis, 22 Oktober 2009 | 04:03 WIB

Jakarta, Kompas - Indonesia, terutama Jakarta sebagai ibu kota negara, membutuhkan kemampuan intelijen wilayah yang kuat untuk menghadapi ”perang”. Tidak hanya menyangkut perang fisik, tetapi juga ”perang” melawan terorisme, melawan perpecahan di tubuh bangsa, serta melawan kebodohan.

Demikian disampaikan Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal Darpito Pudyastungkoro, Rabu (21/10) pagi di Aula Sudirman, Markas Kodam Jaya di Jalan DI Panjaitan, Cawang, Jakarta Timur.

Ia menyampaikan hal tersebut sebelum memberikan penghargaan Bintang Gerilya kepada Letnan Kolonel (Purnawirawan) Soebagio Wiriodharmoro (95), mantan Laskar Wanita, Rodiah Soegono Ronosentiko (97), dan Sersan Kepala (Purnawirawan) Ismail Marzuki.

Dalam pidatonya, Darpito mengatakan bahwa saat ini tidak akan ada lagi perang kemerdekaan. Meski demikian, Indonesia masih menghadapi sejumlah ”perang”, antara lain, ”perang” menghadapi perpecahan bangsa, keterbelakangan, dan terorisme.

Menurut Darpito, untuk memenangi perang tersebut, TNI harus mengandalkan kekuatan intelijen teritorialnya. Itulah sumbangsih terbesar yang masih bisa diberikan TNI kepada bangsa dan negara pada masa damai.

Lewat kekuatan intelijen teritorial, TNI mampu mendapat informasi lebih lengkap dan mutakhir mengenai lawan dalam konteks perang tersebut. Informasi itu bisa menjadi jembatan kerja sama antara kalangan sipil dan militer untuk memenangi perang pada masa damai.

Kalangan TNI, khususnya Angkatan Darat, ujar Darpito, bisa menjadi pelopor sikap militan dan setia dalam masa-masa sulit. Pelopor heroisme di tengah berbagai keadaan serba sangat terbatas.

Pengalaman sejarah

Pada bagian lain pidatonya, Darpito mengatakan, bangsa Indonesia akan terus belajar dari pengalaman sejarah dan belajar dari para pelaku sejarah untuk memperbaiki keadaan.

”Heroisme yang ditunjukkan para pejuang dalam Perang Kemerdekaan I dan II hendaknya menginspirasi generasi penerus pejuang pembangunan bangsa Indonesia,” katanya. Keadaan sesulit apa pun, lanjutnya, bisa diatasi dengan semangat yang tinggi dan militansi yang kuat.

Menurut Darpito, teladan yang sudah ditunjukkan para pejuang Indonesia pada masa lalu harus menjadi contoh bagi generasi penerus saat menghadapi berbagai kesulitan.

Pantas

Untuk mengingatkan teladan para pejuang tersebut, negara melalui presiden, antara lain, memberikan penghargaan kepada para pejuang. Salah satu penghargaan itu adalah Bintang Gerilya.

Bintang Gerilya adalah tanda kehormatan negara kepada mereka yang berjuang dan berbakti kepada Tanah Air dan bangsa selama Perang Kemerdekaan I dan II.

Tanpa memandang golongan, pangkat, jabatan, dan kedudukan, negara akan memberikan Bintang Gerilya kepada mereka yang dinilai berani dan setia.

”Sudah sepantasnya negara memberikan tanda kehormatan ini kepada mereka,” tutur Darpito. (WIN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar