26 Oktober 2009

Membangun Kebersamaan Antargenerasi

Dua hari lagi bangsa Indonesia akan memperingati hari bersejarah yang sangat penting yaitu Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2009. Hari sumpah pemuda, seperti namanya, adalah pernyataan komitmen dari kaum muda yang ingin melihat bangsa ini bersatu, tidak terpecah-pecah. Seperti sapu lidi, kalau lidi itu berdiri sendiri-sendiri, pasti mudah dipatahkan. Kalau bersatu dengan kokoh, tidak ada yang ingin menonjol dari keluar dari persatuan dan kesatuan, maka segala sampah yang ada akan dapat disapu bersih. Demikianlah tekad generasi muda pada tahun 1928-an di Indonesia, mereka menempatkan diri dalam suatu persatuan dan kesatuan yang kuat untuk mengusir penjajah dan membangun Indonesia yang jaya.

Dalam menyongsong peringatan yang sangat penting ini, utamanya dengan adanya Kabinet Indonesia Bersatu yang baru, kita pantas merenung bahwa para generasi muda masa lalu yang berjuang dengan tanpa pamrih, sebagian besar telah meninggal dunia. Bahkan mungkin saja para pemimpinnya sudah semuanya tidak ada, dan kalaupun ada, sudah tidak lagi memegang kekuasaan dalam pemerintahan.

Kita yakin bahwa biarpun deklarasi yang dicanangkan pada tanggal 28 Oktober itu diberi nama sumpah Pemuda, bahwa persatuan yang digagas dalam sumpah itu pasti bukan saja persatuan antar generasi muda, tetapi persatuan dan kesatuan antar seluruh generasi. Pasti tidak dimaksud bahwa yang bersatu generasi muda saja, yang tua boleh tercerai berai, atau saling memaki. Semua generasi, dalam lingkungannya sendiri atau antar generasi harus bersatu padu saling memberi dan saling memperkuat untuk membangun bangsa dan negaranya.

Dalam konteks ini kiranya keterkejutan kita semua, bahwa bangsa ini, yang dalam banyak indikator ekonomi dan politik sudah sangat maju, mampu mengatasi stabilisasi ekonomi dengan pertumbuhan yang meyakinkan, mampu mengadakan pemilihan umum dengan damai dan lancar, serta melantik semua anggota DPR, DPD, DPRD, bahkan seluruh jajaran Kabinet dengan damai; tetapi dalam nilai-nilai budaya dan indek mutu manusia masih jauh ketinggalan. Angka-angka IPM di Indonesia tidak pernah beranjak pada nomor urut di atas nilai 100, bahkan laporan PBB terakhir pada tahun 2009 yang baru saja dikeluarkan, menempatkan Indonesia pada urutan ke 111, jauh di bawah seluruh negara ASEAN, kecuali Vietnam yang memang baru merdeka.

Untuk itu Yayasan Damandiri sejak beberapa tahun lalu telah menawarkan konsep dan wahana berupa Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) untuk mengembangkan kesadaran dan kegiatan bersama untuk memacu dan memicu pembangunan sosial budaya yang lebih terarah dan seimbang dengan pembangunan ekonomi dan politik. Pembangunan sosial kemasyarakatan dan budaya melalui kerjasama yang lebih erat antar generasi itu sekarang sudah diadopsi oleh banyak perguruan tinggi melalui Program KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik Posdaya. Program KKN Tematik tersebut ditujukan untuk mempercepat pembentukan, pengisian dan operasionalisasi kegiatan Posdaya di seluruh wilayah KKN Tematik Posdaya.

Pembentukan Posdaya itu memungkinkan seluruh generasi tua dan muda menyisihkan perbedaan partai, asal usul golongan, suku, tua dan muda, serta perbedaan lainnya untuk melihat pembangunan atas dasar kebutuhan pemberdayaan setiap keluarga dan setiap anggotanya. Mereka dipetakan, didaftar kekurangannya, sehingga seluruh komunitas di desa atau dukuhnya dapat ikut membantu dan mendampingi agar proses mengejar ketertinggalan itu tidak terasa berat. Masing-masing keluarga harus bekerja keras, harus memahami kekurangan mereka, dan siap untuk bekerja bersama mengatasi masalah yang mereka hadapi.Dengan tekun mereka harus mengirim anak-anak balitanya dalam kebersamaan, karena umumnya sudah mempunyai anak balita seorang saja.

Dengan berkumpul dengan anak balita tetangganya, maka mereka akan mulai menjalin kerjasama sejak saat yang sangat dini hingga benih-benih persatuan dan kesatuan dapat ditegakkan secara kuat. Mereka bersuka dan berduka bersama hingga saling mengerti dan mengetahui kelebihan serta kekurangan temannya, dan karena itu bisa saling isi mengisi. Persatuan dan kesatuan yang digalang sejak saat yang sangat dini itu akan menjadi perekat persatuan yang sangat kuat.

Lebih dari itu, dalam proses pemberdayaan, setiap orang tua yang biasanya dibebani dengan tanggungan anak-anak balita yang manja dan perlu pengawasan, dengan mengirim anak-anak balita ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu, mereka bebas dan dapat melatih diri mempersiapkan kemampuan untuk terjun dalam bidang ekonomi yang menguntungkan. Dengan terjun dalam bidang ekonomi tersebut, maka ketergantungan kepada suami atau bantuan pemerintah dapat diperkecil, bahkan dapat dihilangkan.

Keluarga miskin, dengan adanya suami dan isteri dua-duanya bekerja dengan keras, akan memiliki kesempatan untuk bangkit dari keterpurukan yang lebih cepat dan tidak mustahil angka Indeks Mutu Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) akan bisa naik lebih lebih dari 1% dari rata-rata nasional yang sejak 17 tahun yang lalu hampir tidak pernah bisa naik.

`Kebersamaan dalam Posdaya memungkinkan seluruh kekuatan ekonomi yang kini bercita-cita membangun ekonomi kerakyatan dapat mempergunakan kelompok yang ada untuk diberdayakan secara bertahap menjadi kekuatan ekonomi bersama yang akhirnya akan tumbuh menjadi koperasi. Kekuatan ekonomi koperasi yang dilandasi kerja keras dan terarah oleh seluruh anggotanya akan menjadi pendorong tumbuhnya kekuatan daya beli rakyat yang menjadi salah satu ukuran yang sangat penting dari IPM atau HDI. Peringatan Hari Sumpah Pemuda pasti bisa menjadi awal dari kebangkitan bangsa! (Penulis adalah Ketua Umum DNIKS).

oleh Haryono Suyono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar