02 Desember 2009

Arus Modal Asing dalam Persaingan Global

rus modal asingRabu, 2 Desember 2009 | 02:43 WIB

Selama lebih dari dua dekade, pertumbuhan ekonomi RRC terus-menerus meningkat secara menakjubkan. Angka pertumbuhan terus stabil dari kuartal ke kuartal, ditandai dengan derasnya arus investasi langsung asing atau FDI dan menguatnya posisi China dalam tatanan perekonomian dan perdagangan global. Arus FDI telah memperluas perdagangan serta meningkatkan ketersediaan tenaga kerja yang juga memperluas daya beli pasar dalam negeri yang masif.

Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 10 persen untuk kuartal keempat tahun ini, RRC menjadi magnet bagi investor asing dan menjadi tujuan arus FDI utama menggantikan AS sejak tahun 2003. Selama ini arus FDI yang masuk ke daratan China tidak pernah terpengaruh oleh krisis, mulai dari krisis keuangan Asia tahun 1997-1998 sampai resesi global sekarang ini.

Yang menarik dan tidak berubah selama dua dekade terakhir ini, arus FDI ke China masih tetap ditopang kemajuan ekonomi negara-negara Asia. Tercatat sebesar 60 persen dari total FDI ke RRC berasal dari negara-negara seperti Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura.

Artinya, selain membawa arus modal yang diinvestasikan ke berbagai sektor usaha di daratan China, arus FDI menguntungkan China karena juga disertai alih teknologi dan keahlian manajerial sehingga memberikan fondasi kuat pertumbuhan RRC selama ini.

Sebaliknya, arus FDI dari negara-negara maju, yang selama ini dipersepsikan sebagai penyumbang terbesar investasi asing di daratan China, sebenarnya hanya mencakup kurang dari 20-an persen. Arus FDI dari negara maju seperti AS dan negara-negara Uni Eropa condong menurun dan tercatat hanya sebesar 14 persen pada tahun 2005 atau menurun drastis dibandingkan dengan periode 1999-2000 yang tercatat sebesar 22 persen.

Faktor yang menentukan besar dan konstannya FDI ke China tersedot pada sektor manufaktur yang mencakup lebih dari dua pertiga total FDI yang tahun ini diperkirakan mencapai sekitar 80 miliar dollar AS, dan sekitar 10 persen sisanya diinvestasikan di sektor real estate. Dari jumlah ini, sektor manufaktur teridentifikasi menikmati investasi asing adalah bidang peralatan elektronik dan komunikasi yang meningkat terus sekitar 15 persen sejak akhir tahun 1990-an.

Namun, kalau melihat keseluruhan struktur FDI China dari tahun ke tahun, tidak ada perubahan yang mendasar dan tetap terfokus pada industri manufaktur sebagai sektor utama arus investasi asing. Bersamaan dengan ini, faktor intensitas FDI dalam sektor manufaktur juga tidak berubah, terkonsentrasi di industri-industri yang menggunakan tenaga kerja buruh ketimbang pada industri yang padat modal.

Sejak tahun 1995, struktur industri China yang mengandalkan arus investasi asing memiliki karakteristik meningkatnya dana asing ke industri mekanika dan elektronika. Pada kenyataannya, karakteristik ini tidak mengubah sama sekali tekanan terhadap industri padat karya sebagai penggerak utama laju pertumbuhan perdagangan global China.

Dampak dari pasokan buruh yang tidak ada batasnya adalah tidak meningkatnya pendapatan per kapita, malah condong menurun, karena derasnya pasokan tenaga kerja terutama arus buruh dari luar sektor manufaktur. Faktor ini menjelaskan mengapa arus modal asing tidak meningkatkan intensitas modal, tapi mendorong produk-produk ekspor yang padat karya.

Faktor ini juga menjelaskan bahwa pasokan yang berlebihan dalam konteks perdagangan menyebabkan kompetisi di pasaran global karena negara-negara Asia Timur, khususnya Korea Selatan dan Jepang, juga memiliki struktur ekspor yang sama dengan China.

Saat yang sama, kompetisi di antara segitiga China-Korsel-Jepang telah menyebabkan perubahan dalam perdagangan bilateral dan persaingan di pasar negara-negara Barat juga menyebabkan penurunan harga secara drastis sebagai tren yang tidak bisa dihindari. Tren ini sepertinya akan terus berlangsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar