26 Oktober 2009

LISTRIK; Indonesia Power Hemat Rp 4,62 Triliun

Senin, 26 Oktober 2009 | 04:04 WIB

Jakarta, Kompas - PT Indonesia Power menghemat Rp 4,62 triliun per tahun setelah mengonversi bahan bakar di pembangkit listrik Tanjung Priok, Jakarta, dan Grati, Jawa Timur. Anak perusahaan PLN yang mengelola pembangkit itu mengganti penggunaan bahan bakar minyak menjadi gas.

Manajer Senior Humas PT Indonesia Power (IP) Luthfi Hani mengatakan, gas untuk Tanjung Priok didapat dari PT PGN. IP mendapat pasokan 30 billion british thermal unit (BBTU) untuk dua turbin gas. ”Kami estimasikan ada penghematan Rp 1,15 triliun untuk biaya bahan bakar dan Rp 175 miliar untuk biaya perawatan,” ujarnya di Jakarta, Minggu (25/10).

Gas dari PGN itu mengalir mulai akhir September 2009. Dengan demikian, penghematan anggaran akan mulai terasa pada 2010. Penghematan itu diperoleh antara lain dari pengurangan konsumsi BBM sekitar 846.721 liter per hari dan keperluan perawatan mesin.

Selain pembangkit Tanjung Priok, tahun ini IP juga akan mengonversi bahan bakar pembangkit di Grati. Santos Indonesia akan memasok gas 40 BBTU hingga 60 BBTU ke unit pembangkit Grati. ”Kami akan pakai untuk dua atau tiga turbin,” ujar Luthfi.

Di Grati ada dua blok turbin gas dengan kapasitas terpasang 600 megawatt (MW). Selain itu, di sana juga ada satu turbin uap dengan bahan bakar diesel. ”Pembangkit Grati memang bisa pakai bahan bakar ganda. Di Blok satu bisa pakai gas alam dan diesel yang mulai operasi. Di blok dua hanya bisa pakai bahan bakar gas. Semua pembangkit hasil konfigurasi, jadi bisa pakai gas,” ungkapnya.

IP berencana meresmikan pemakaian gas di Grati pada November 2009. Saat itu pasokan dari Santos diperkirakan sudah ada dan stabil. ”Kalau bisa akan kami percepat menjadi akhir Oktober ini,” ungkapnya.

Untuk tahun depan, IP berencana mengonversi bahan bakar satu pembangkit di Jawa Tengah dan tiga pembangkit di Bali. Waktu konversi belum bisa dipastikan.

”Kami tentu ingin lebih cepat mengonversi karena lebih meringankan anggaran. Tetapi, harus dipastikan dulu kesiapan pasokan gas dan operasional pembangkit,” ujar Luthfi.

Salah satu pembangkit di Bali juga akan bisa memakai bahan bakar ganda. Selain gas, pembangkit itu juga akan memakai marine fuel oil (MFO). ”Kami akan pakai itu sebagai transisi sebelum sepenuhnya memakai gas,” tuturnya.

Luthfi mengatakan, pembangkit bahan bakar gas lebih panjang umurnya dibandingkan pembangkit BBM. Saat ini ketersediaan BBM semakin menipis dan pasokannya bisa tidak stabil.

”Sebenarnya ada juga batu bara yang sekarang cadangannya masih banyak. Namun, ada kemungkinan batu bara akan seperti BBM juga, susah didapat karena terlalu banyak peminat,” ujarnya.

Berbeda dengan gas yang relatif lebih mudah didapat. Persediaannya di Indonesia masih banyak dan harganya relatif murah. ”Bagi lingkungan, gas lebih baik dibandingkan BBM,” tuturnya. (RAZ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar