27 Oktober 2009

POLITIK; PM Mongolia Minta Mundur dari Jabatannya

Selasa, 27 Oktober 2009 | 03:56 WIB

Beijing, Senin - Belum genap sebulan penandatanganan kerja sama dengan perusahaan pertambangan kaya Kanada, Ivanhoe Mines, serta perusahaan Inggris-Australia, Rio Tinto, untuk menambang tembaga, Perdana Menteri Mongolia Sanjaa Bayar minta mundur dari jabatannya.

Menurut juru bicara Pemerintah Mongolia, Senin (26/10), alasan pengunduran diri PM Bayar karena faktor kesehatan. Akan tetapi, lantaran ia sudah telanjur menandatangani kontrak miliaran dollar yang sudah lama ditunggu-tunggu warganya, pengunduran dirinya ini diperkirakan akan menimbulkan ketidakpastian politik baru bagi negeri kaya sumber tambang di Asia ini.

”Hari ini PM sudah menyerahkan permintaan pengunduran dirinya,” ujar seorang juru bicara wanita Pemerintah Mongolia melalui telepon kepada kantor berita AFP dari ibu kota Mongolia, Ulan Bator.

Menurut sang juru bicara, dengan kondisi kesehatannya saat ini, PM Sanjaa Bayar tidak akan bisa mewujudkan tugas-tugas yang diembannya. Namun, ia menolak merinci lebih jauh tentang alasan kesehatan ini.

Hanya saja, PM Bayar sejak pekan lalu dirawat di sebuah rumah sakit di Ulan Bator karena gangguan liver, menurut kantor berita China, Xinhua. Juga dikabarkan, PM Mongolia itu pernah mendapat perawatan di Korea Selatan karena penyakitnya tersebut.

Sumber lain mengatakan, parlemen belum mengesahkan pengunduran diri PM Mongolia ini. Hanya saja, partainya, Partai Rakyat Revolusioner Mongolia (MRPP), masih menguasai parlemen.

Kerusuhan

Pada Juli 2008, lima orang tewas ketika terjadi aksi kerusuhan yang melibatkan ribuan orang di Ulan Bator, sebulan setelah pemilu yang ricuh bulan Mei, sehingga menghasilkan sebuah koalisi pemerintahan yang sebenarnya semu. Sementara PM Bayar menuduh kelompok oposisi, Partai Demokrat, mendalangi kerusuhan tersebut.

Tiga pekan lalu, PM Sanjaa Bayar menandatangani kontrak miliaran dollar dengan dua perusahaan raksasa Kanada dan Inggris-Australia, Ivanhoe Mines dan Rio Tinto, untuk penambangan di salah satu negeri terkaya tembaga di dunia ini.

Tambang di Oyu Tolgoi, selatan gurun Gobi, ini akan mempekerjakan tak kurang dari 3.000 pekerja dan ribuan lagi di perusahaan pemasoknya. Sebuah kontrak yang dinilai akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negeri ini.

Mongolia lepas dari jerat negeri komunis setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990-an dan pertama kalinya menyelenggarakan pemilu secara demokratis pada tahun 1992. (AFP/sha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar